Menjaga Hati


Saat hati gundah memikirkan sang pujaan hati, rasanya sangat menyiksa. Yang ada dalam benak hanyalah ingin berjumpa, apalagi jika dia belum menjadi orang yang halal untuk kita. Mungkin ini salah satu dari sekian banyak cara untuk mencegah dari perasaan yang demikian.

Menjaga pandangan menjaga hati. Apa maksud dari menjaga pandangan menjaga hati? Ada suatu peribahasa “dari mata turun ke hati”, peribahasa ini menggambarkan bahwa mata mempunyai peran dalam membentuk rasa. Saat kita menjaga pandangan maka hati pun akan terjaga olehnya.

Setelah membaca buku “Taman orang-orang yang jatuh cinta dan rekreasi orang yang dimabuk rindu” buku pertama “cinta dan pandangan mata” buku ini sangat menarik karena dijelaskan panjang lebar mengenai cinta dan pandangan mata. Disebutkan dalam Hadist Shahih bahwa Rosulullah pernah bersabda yang artinya ” Hai ‘Ali, janganlah engkau mengiringi pandangan yang pertama dengan pandangan yang berikutnya, karena sesungguhnya yang dibolehkan bagimu hanyalah yang pertama, sedang yang kedua tidak boleh bagimu” (Hadist diketengahkan oleh Abu Dawud, Ad-Darimi, dan Ahmad). Ada suatu pertanyaan yang mengatakan “Bagaimanakah pendapat ulama sehubungan dengan seorang lelaki yang memandang wanita sekali pandang, kemudian hatinya tertarik pada wanita itu dan kian hari makin kuat cintanya, lalu hawa nafsunya membisikinya : ‘Semua itu akibat pandangan yang pertama. Seandainya engkau ulangi untuk kedua kalinya, niscaya engkau akan melihatnya tidak seperti yang engkau bayangkan sebelumnya sehingga terbebas dari cinta yang engkau rasakan’? Apakah diperbolehkan baginya untuk mengulangi pandangannya lagi karena alasan ini?”

Sebagai jawabannya bahwa. Segala puji hanyalah bagi Allah. Hal ini tidak boleh karena sepuluh alasan berikut :

  1. Karena Allah telah memerintahkan untuk menahan pandangan mata dan tidak menjadikannya sebagai obat penawar kalbu terhadap apa yang diharamkan oleh-Nya terhadap hamba-Nya.
  2. Karena Rosulullah sendiri ketika ditanya tentang pandangan yang tiba-tiba dan sesungguhnya telah diketahui bahwa pandangan pertama itu mempunyai pengaruhnya tersendiri dalam Qalbu, beliau memerintahkan agar mengobatinya dengan memalingkan pandangan mata, bukan dengan mengulanginya.
  3. Karena Rosulullah menjelaskan bahwa bagi yang bersangkutan hanyalah pandangan yang pertama, bukan pandangan berikutnya, maka mustahil bila penyakitnya berasal dari suatu penyebab, sedang obatnya bukan berasal dari yang lain untuk menyembuhkannya.
  4. Karena makna lahiriah teks Hadist menunjukkan bahwa pandangan yang kedua justru makin menambah kuat, bukan menguranginya; pengalaman memang membuktikan demikian. Adapun makna lahiriah menunjukan pula bahwa duduk perkaranya nanti adalah seperti yang dilihatnya pada awalnya, tanpa ada perubahan. Oleh karena itulah, diperintahkan agar tidak bertindak gegabah dengan mengulangi pandangan.
  5. Karena barangkali yang bersangkutan akn melihat pesona lainya yang lebih kuat daripada pandangan sebelumnya, sehingga ia makin tersiksa.
  6. Karena sesungguhnya iblis saat mendorong orang yang bersangkutan untuk melakukan pandangan yang kedua kalinya, dia menaiki punggungnya dan menilai baik bagi orang yang bersangkutan hal-hal yang sama sekali tidak baik untuk melengkapi cobaan yang ia timpakan kepadanya.
  7. Karena sesungguhnya tidak dapat dijadikan sebagai sarana pertolongan untuk menanggulangi cobaan bilamana orang yang bersangkutan berpaling dari mengerjakan hal-hal yang diperintahkan oleh syari’at dan justru berobat dengan hal yang diharamkan oleh syari’at baginya, bahkan sudah sepantasnya bila yang bersangkutan tidak mendapat pertolongan.
  8. Karena sesungguhnya pandangan pertama merupakan salah satu dari anak panah iblis yang beracun dan sudah dimaklumi bahwa pandangan yang kedua jauh lebih beracun dan mana mungkin seseorang mengobati keracunan dengan racun yang meracuni.
  9. Karena sesungguhnya kedudukan orang yang bersangkutan sedang berinteraksi dengan Allah dengan meninggalkan hal yang disukai sebagaimana yang dikiranya, padahal dia menghendaki dengan pandangan yang kedua untuk mengecek keadaan objek yang dilihatnya, jika tidak ia senangi, maka ia akan meninggalkannya, kalu demikian, berarti saat dia meninggalkannya, hanyalah karena tidak cocok dengan seleranya bukan karena Allah. Maka di kemakankah interaksinya dengan Allah, yang menuntutnya untuk meninggalkan hal yang disukainya karena Allah??
  10. Akan bertambah jelaslah duduk perkaranya melalui gambaran yang sesuai kenyataan, yaitu apabila anda mengendarai kuda yang baru, lalu membawa anda kejalan yang sempit lagi buntu dan tidak ada media untuk berputar keluar dari jalan yang sempit lagi buntu itu. Oleh karena itu, apabila kuda itu mengarah untuk masuk ke gang yang sempit tersebut, maka kekanglah dia agar tidak sampai masuk ke dalamnya. Seandainya kuda anda melangkah sekali atau dua kali langkah, maka hardiklah ia dan kembalikanlah ke belakang dengan segera sebelum terlanjur masuk ke dalamnya, karena sesungguhnya dalam keadaan seperti ini jika anda kembalikan kuda anda kebelakang masih dapat dilakukan dengan mudah. Akan tetapi, jika anda menangguh-nangguhkan reaksi anda sampai kuda terlanjur ke dalamnya dan anda berupaya menarik buntutnya agar keluar niscaya sulit bagi kuda untuk keluar darinya.

Semoga ini bisa menjadi pengingat dan pelajaran bagi kita amin………..

sumber referensi : Taman orang-orang jatuh cinta dan rekreasi orang-orang dimabuk rindu 1 cinta dan pandangan mata (Ibnu Qoyyim Al-Jauziah)


http://rt1o.wordpress.com/2010/03/24/menjaga-pandangan-menjaga-hati/

Drini



powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme